kisah mualaf yang menginspirasi

Kisah 1
Nana (nama disamarkan) merupakan wanita paruh baya yang bercerita kepada Wolipop mengenai kisah mualafnya. Nana mengaku masuk Islam ketika duduk di bangku SMA. Wanita berdarah Tionghoa ini lahir dari orangtua yang beragama Kristen. Namun kedua orangtuanya meninggal saat ia masih kecil karena kecelakaan. Nana pun diasuh oleh adik kandung sang ibunda. Sebelum mualaf, anak bungsu dari tiga bersaudara itu bercerita kalau ia tumbuh dalam keluarga yang kurang religius. Maka dari itu, Nana tak pernah diajak beribadah oleh orangtua angkatnya. Meski demikian, sesekali kakak kandung Nana mengajak ia beribadah ke gereja bersama-sama.  Kurangnya pengetahuan agama membuat Nana merasa terombang-ambing. Sampai pada suatu saat ia mulai mengenal Islam di sekolahnya karena memilih untuk tetap berada di kelas saat pelajaran Agama Islam berlangsung. Nana mengatakan bahwa sekolahnya mengizinkan untuk siswi yang bukan Islam keluar kelas ketika pelajaran agama. "Nggak ada yang ngajarin agama di rumah, ibu angkat soalnya kejawen. Nah waktu sekolah SMA itu di negeri, saat pelajaran Agama Islam, siswi yang bukan Islam boleh keluar kelas. Tapi waktu itu saya nggak keluar karena malas ya. Jadi ikutin pelajarannya dan ternyata kok ada ketertarikan dari hati. Besoknya ketagihan, ikutin lagi pelajaran Agama Islam sampai hapal surat-surat pendek, doa salat. Sejak mengikuti pelajaran Agama Islam, Nana mulai bimbang dengan keyakinannya sendiri. Ia pun banyak berdiskusi dengan siswi lainnya yang muslim. Nana mengaku sudah ingin mualaf tapi masih ada keraguan menyelimutinya khawatir soal keluarga serta keyakinannya sendiri.  Keraguan terus terselip di hati Nana hingga kejadian mati lampu yang akhirnya membuat ia yakin untuk mualaf. Mungkin terdengar aneh tapi itulah yang ia alami. Wanita asal Bekasi ini bercerita kalau rumah ibu angkatnya memang terkenal angker. Karena itu, ia tidak pernah berani sendirian di rumah. Namun suatu ketika, ada momen di mana ia 'terkurung' sendirian di kamar tanpa ada siapa pun di sisinya saat mati lampu. "Jadi salah satu rumah ibu saya memang agak seram. Dulu sempat dikontrakin tapi belum selesai masa ngontraknya mereka sudah pindah. Katanya sering diganggu makanya nggak betah. Saya juga nggak pernah berani sendirian di dalam rumah. Sampai waktu itu, saya dan kakak-kakak sedang ngobrol di teras. Tapi saya masuk ke dalam rumah sendirian pengen ke kamar. Eh tiba-tiba mati lampu, saya ketakutan luar biasa sampai nggak berani keluar kamar," papar Nana. Dalam keadaan takut sampai keringat dingin, Nana ingat kata-kata guru Agama Islam. Gurunya mengajarkan kalau merasa takut akan sesuatu bacalah surat-surat pendek. Karena ia sudah hapal surat Al-Fatihah, An-Nas, dan Al-Falaq, Nana mencoba mempraktekkannya. Di situlah hatinya terketuk dan akhirnya memutuskan untuk mualaf. "Guru Agama Islam juga bilang kalau kamu sedang ketakutan, bacalah surat Al-Fatihah, An-Nas, dan Al-Falaq. Nah pas kejadian mati lampu di rumah, kita lagi ngobrol-ngobrol di teras sama teman-teman cewek juga pada kumpul. Waktu itu lagi masuk sendiri ke rumah terus mati lampu posisi saya di kamar. Saya sangat ketakutan, nggak berani keluar ingat kadang lemari di depan suka kebuka sendiri pintunya kalau ada yang sendirian. Terus saya ingat kata guru kalau takut suruh baca tiga surat itu, cobalah dibaca, siapa tahu berpengaruh. Setelah baca, mendadak ketakutan hilang, merasa ada yang jagain. Baru berani keluar kamar dan merasa kayak lagi nggak mati lampu saja, tenang. Akhirnya saya putusan besoknya pas masuk sekolah saya bilang 'Pak, saya mau masuk Islam'. Di depan kelas saya disuruh baca dua kalimat syahadat," cerita wanita yang kini bekerja di salah satu bank swasta kawasan Bekasi itu. Setelah memutuskan untuk meminta bimbingan gurunya menjadi mualaf, Nana pun mengaku kepada orangtua angkatnya. Ia mengatakan kalau orangtuanya tidak keberatan akan hal tersebut. Begitu pula dengan kedua kakak kandungnya yang menyerahkan semua keputusan kepada Nana. Ia merasa lega hingga saat ini dan mengaku tak pernah menyesal setelah memutuskan mualaf.




Kisah 2
Budak wanita yang tinggal di masjid ini senantiasa mendatangi Ummul Mukminin ‘Aisyah binti Abu Bakar sembari menyenandungkan bait syair yang amat membekas dalam jiwanya,
Peristiwa kerudung itu salah satu keajaiban Tuhan kami
ketahuilah, Dia selamatkanku dari negeri kafir
Ummul mukminin ‘Aisyah pun bertanya, “Mengapa engkau selalu membaca syair tersebut setiap kali hendak duduk bersamaku?”
Tersebutlah seorang bocah perempuan yang mengenakan kerudung merah berhiaskan mutiara. Tatkala berjalan ke sana ke mari, ada seekor burung yang terbang merendah, lalu merenggut kerudung itu dari si gadis.
Tak lama kemudian, keluarga si gadis kecil yang berasal dari para pembesar pun melakukan pencarian. Oleh para pembesar, budak wanita pelantun syair itulah yang dituduh. Sebab hanya seorang budak, wanita ini dituduh mencuri kerudung berhiaskan mutiara milik si bocah perempuan.
“Mereka menuduhku, lalu menggeledahku. Sampai-sampai, mereka hendak memeriksa bagian kemaluanku.” tutur budak wanita sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Kitab ash-Shalah.
Saat itulah timbul keajaiban. “Demi Allah,” tutur budak wanita, “ketika berada dalam kesulitan itu, tiba-tiba burung itu melintas, lalu menjatuhkan kerudung tersebut di tengah-tengah mereka.”
Seketika itu juga, si budak wanita berseru penuh bahagia, “Itukah kerudung yang kalian tuduhkan bahwa aku yang mencurinya? Aku tidak bersalah. Itulah kerudung yang kalian cari!”
Setelah mengalami kejadian yang benar-benar di luar logikanya itu, si budak wanita memutuskan diri masuk ke dalam Islam yang mulia. Nuraninya bekerja, otaknya berpikir, tubuhnya tergerak. Ia sadar, tak ada yang mampu menolongnya untuk keluar dari persoalan pelik yang bisa mengancam kehormatannya selain karena pertolongan dari Allah Ta’ala.
Akhirnya, si budak wanita yang sudah berislam ini mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mendirikan kemah di sekitar masjid. Ia bersama Ummul Mukminin ‘Aisyah binti Abu Bakar dan senantiasa mengumandangkan syair sebagai wujud terima kasihnya kepada Allah Ta’ala karena pertolongan-Nya.

Kisah 3
Maurice merupakan salah satu dokter bedah di Perancis. Ia masuk Islam setelah membaca beberapa ayat al-Qur’an. Sedangkan Cousteau yang merupakan pakar ilmu kelautan internasional masuk Islam belakangan setelah terlibat adu argumen dengan Maurice.
Cousteaue mengatakan, “Saya telah menemukan sebuah fenomena menakjubkan setelah melakukan penelitian secara serius dalam waktu yang amat lama. Bahwa air laut dan air sungai tidak bisa bercampur pada suatu posisi di lautan. Terdapat dinding yang menghalangi percampuran kedua jenis air tersebut.”
Maurice yang sudah masuk Islam dan banyak membaca ayat-ayat al-Qur’an pun menimpali, “Fenomena yang kamu sebut sebagai hasil penelitian ilmiah itu telah lama ditegaskan oleh Rabb semesta alam melalui al-Qur’an yang dibawa oleh Muhammad beberapa abad yang lalu.”
Maurice pun membacakan surat ar-Rahman [55] ayat 19-20,
“Dia (Allah) membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya terdapat batas yang tidak bisa dilampaui masing-masing.”
Setelah mendengarkan penjelasan Maurice Bucail dengan saksama, Cousteau pun membaca dua kalimat syahadat. Dia resmi menjadi seorang muslim.

Kisah 4
Kisah ini terjadi pada seorang dokter yang beragama kristen. Saat itu, perawat lupa menandai dua bayi yang lahir bersamaan dengan nama ibunya.  Dokter Kristen itu pun minta bantuan temannya seorang dokter Muslim untuk memutuskan kepemilikan dua bayi itu.
Bayi yang satu berkelamin laki-laki dan yang lainnya perempuan. Dokter Kristen berkata pada temannya, bukankah agama Islam yang dibanggakan teman Muslimnya selalu punya solusi atas segala masalah. Dokter Muslim ini pun berjanji menyelesaikan masalah itu.
Setelah memohon petunjuk Allah, ia mengukur kandungan Air Susu Ibu (ASI) dari setiap ibu. Selepas penelitian, ia berkata pada temannya bahwa ia telah mengetahui siapakah ibu dari setiap bayi. Setelah mengadakan tes DNA, maka terbuktilah kebenaran dari solusi itu.
Dengan takjub dokter Kristen tersebut bertanya kepada teman Muslimnya bagaimana dia bisa melakukan hal itu. Dokter Muslim menjelaskan bahwa dalam Alquran disebutkan “Bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan” (Annisa: 11).
Ia mendapati salah satu ibu memiliki ASI yang kandungan vitamin, kalsium dan mineral lainnya dua kali lipat dari ibu lainnya. Maka tidak diragukan lagi bayi laki-lakilah yang dilahirkan sang ib

Kisah 5
Seorang wanita paruh baya di Inggris mendapatkan hidayah Islam lewat celana dalam.  Ia adalah petugas laundry sebuah asrama mahasiswa. Awalnya ia tidak memperhatikan pakaian kotor yang ia cuci. Namun karena telah menjadi rutinitasnya, ia akhirnya menyadari bahwa sekelompok pakaian dalam yang kotor itu tidak berbau dan cukup bersih.
Sementara tumpukkan pakaian dalam lainnya kotor dan bau. Karena rasa penasaran ia bertanya kepada mahasiswa yang  menyetorkan “CD-CD” tanpa bau tersebut, mengapa pakaian dalam mereka tidak berbau dan bersih meskipun sudah waktunya dicuci.
“Kami Muslim. Agama kami mengajarkan untuk bersuci menggunakan air sampai bersih sehabis buang air kecil maupun buang air besar,” jawab mahasiswa Timur Tengah tersebut.
Mendengar ini, wanita itu sangat kagum dengan ajaran bersuci setelah buang hajat. “Kalau sebuah agama mengajarkan pemeluknya tentang hal-hal yang kecil maka pastilah masalah-masalah besar kehidupan pun ada panduannya,” pikir wanita paruh baya tersebut takjub. Setelah mempelajari Islam beberapa waktu, ia dengan penuh keyakinan menyatakan keislamannya.

Kisah 6
Kisah ini tentang seorang ahli Biologi asal Jepang. Ia melakukan banyak riset pada berbagai macam tumbuhan. Cerita keislamannya bermula saat ia meneliti suatu protein bernama methalonids. Protein ini keluar dari otak manusia dan hewan dalam jumlah yang sangat sedikit.
Methalonids ini penting bagi tubuh untuk menurunkan kolesterol, menguatkan fungsi jantung dan memperkuat sistem pernafasan. Karena sedikitnya jumlah protein ini dalam tubuh, ahli riset Jepang ini mencari alternatif  sumber methalonids. Kemudian ia menemukan bahwa hanya buah tin dan buah zaitunlah yang mengandung protein berharga ini.
Dalam risetnya ia mendapati apabila buah tin saja yang dikonsumsi maka hasilnya tidak maksimal, berlaku pula sebaliknya. Lalu, dicobalah oleh ahli riset ini mengkonsumsi satu buah tin dan satu buah zaitun, hasilnya bagus. Sampai suatu saat ia menemukan formulasi terbaik yaitu mengkonsumsi satu buah tin dan enam buah zaitun, dan hasilnya amat menakjubkan, penyakit sembuh sempurna.
Berdasarkan temuan formulasi 1 buah tin dan 6 buah zaitun  ini, ia memberitahu seorang dokter Saudi Arabia. Lalu, dokter ini meneliti penggunaan kata tin dan zaitun dalam Alquran. Hasil dari penelitiannya menunjukkan sesuatu yang luar biasa, ternyata dalam Alquran, tin disebutkan satu kali dan zaitun disebutkan enam kali salah satunya secara tersirat.
Dokter Saudi sungguh takjub atas temuannya ini. Ia mengabarkan hal ini kepada ahli riset Jepang tersebut. Ahli riset Jepang ini sangat kagum atas hasil penelitian ayat Alquran. Ia berpendapat tidak mungkin sebuah kitab suci dapat menampilkan suatu informasi masa depan yang akurat kalau ia dibuat oleh manusia. Maka pastilah kitab suci Alquran ini dibuat oleh Tuhan Yang Mahahebat. Atas hasil penelitian ini, maka tidak ragu ia menyatakan diri sebagai muslim.

Kisah 7
Yvone Ridley, seorang wartawati Inggris, sempat bertugas di Afganistan. Ia ditangkap di sebelah timur kota Jalalabad dan diinterogasi oleh pasukan Taliban yang oleh media AS disebut kelompok Islam garis keras bahkan disebut teroris.
Yvone Ridley  ditangkap dan diinterogasi selama 10 hari dan dimasukkan ke dalam penjara yang terpisah. Meskipun ia bersikap kasar, menunjukkan sikap benci dan menolak makan, tetapi pasukan Taliban selalu memperlakukannya dengan baik, tidak menyakiti fisik, tidak mengancam apalagi melecehkan. Sebenarnya dalam penangkapannya, Ridley heran dengan perbedaan sikap Taliban yang ia terima selama ditawan dengan yang dituduhkan media Barat.
Saat dipenjara, ia pernah didatangi seorang ulama dan berdialog tentang agama, lalu ia berjanji pada sang ulama untuk mempelajari Islam setelah dilepaskan. Selama penangkapannya, Ridley berkesimpulan bahwa Taliban adalah sebuah keluarga terbaik di dunia.
Menurutnya mereka adalah orang-orang baik, ramah dan santun yang begitu tinggi kecintaannya pada Islam. Begitu kembali ke Inggris, Ridley membaca terjemahan Alquran, ia mencoba memahami pengalaman penangkapan yang baru saja ia lewati melalui bacaannya.
Hatinya luluh lantak, terharu dengan apa yang ia baca. Lalu Ridley pun bersyahadat pada tahun 2003. Ridley dengan bangga menyatakan bahwa dirinya saat ini telah bergabung dengan keluarga besar terbaik di dunia, Taliban.

Kisah 8
Pastor Woll Frost, namanya. Pemuka gereja di Angola itu memegang sebuah mushaf dan menghadap jema’atnya. Ia kemudian melemparkan mushaf itu ke lantai dan menyiramnya dengan bensin. Orang-orang memperhatikannya dengan serius, saat Woll Frost menyalakan korek api. Namun entah bagaimana, tiba-tiba tangannya tersulut api dari korek itu. Mungkin tadi tangan itu terciprat bensin saat menyiram mushaf. Tangannya pun terbakar. Sedangkan mushaf tidak jadi dibakar. Tersentuh api pun tidak.
Menyaksikan peristiwa itu, para jema’at tercengang keheranan. Tetapi yang lebih heran adalah Woll Frost sendiri. Ia memikirkan peristiwa itu, dan mulai menyadari betapa ajaibnya Al Qur’an. Ia yang ingin membakar Al Qur’an, justru tangannya sendiri yang terbakar. Ia yang ingin menghina dan memalukan kitab suci umat Islam, malah ia sendiri yang dipermalukan.
Woll Frost memikirkan peristiwa itu, keajaiban itu, dan mulai menyadari bahwa ia baru saja diselamatkan dari hal paling gila yang akan dilakukannya. Selama ini kebencian membuatnya tertutupi dari kebenaran Al Qur’an. Selama ini kebencian membuatnya gelap memandang kitab suci yang mulai diakuinya penuh keajaiban. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, ia kini menyadari bahwa Al Qur’an adalah kebenaran. Woll Frost pun kemudian mengikrarkan diri masuk Islam. Membaca syahadat.
Masuk Islamnya Woll Frost membuat lingkungannya gempar. Betapa tidak. Ia yang dulunya paling gencar memusuhi Al Qur’an, kini menjadi pengikutnya. Ia yang dulunya paling membenci Al Qur’an, kini mengakui kebenarannya. Ia yang dulu berniat membakar Al Qur’an, kini malah tunduk kepadaNya. Ia masuk Islam, menjadi mualaf, mengakui Al Qur’an sebagai wahyu Ilahi dan kitab suci.
Tak lama setelah keislaman Woll Frost, pemimpin gereka Angola Yaqoub Musa pun menyatakan masuk Islam. Keislaman keduanya diikuti oleh masuk Islamnya sekitar 200 orang lainnya.
Selain memimpin gereja, Yaqoub Musa adalah Sekretaris Jenderal Lembaga Misionaris di Angola. Ia memangku jabatan itu kurang lebih selama 22 tahun. Begitu masuk Islam, ia kemudian mengundurkan diri dari jabatan tersebut.
Ketika pemimpin redaksi harian Tartiim mewawancarainya, Yaqoub Musa mengatakan bahwa saat ini (sewaktu buku Ajaa’ib Al Qashash ditulis) ia menghabiskan waktunya untuk menyebarkan Islam di Nigeria.
Kisah 9
Dalam mimpi itu, Jeffrey bersimpuh menghadap Tuhan. Caranya, ia berdiri, kemudian membungkuk, berdiri lagi, kepala menyentuh lantai, hingga duduk di atas tumit. Ia melakukannya di sebuah ruang yang hening, tanpa meja tanpa kursi. Hanya ada karpet dan dinding yang berwarna putih keabuan. Selain Jeffrey, di ruangan itu juga banyak laki-laki membentuk beberapa barisan. Jeffrey berada di barisan ketiga. Sedangkan di depan mereka, ada seorang laki-laki yang duduk sendiri, tak ada orang lain di sampingnya. Ia tampak memimpin ‘ritual’ itu. Jeffrey tak bisa melihat wajahnya, tapi Jeffrey ingat betul di atas kepala pria itu ada kain putih dengan motif berwarna merah. Tidak sekali itu saja Jeffrey bermimpi begitu. Berkali-kali, selama 10 tahun menjadi atheis, Jeffrey bermimpi yang sama. Namun, ia mengabaikannya begitu saja dan memenangkan nalar ‘ilmiah’-nya. Jeffrey Lang lahir dan besar dalam keluarga Katolik. Namun sejak kecil, ia telah menjadi anak yang kritis. “Ayah, apakah surga itu benar-benar ada?” tanyanya saat masih menjadi bocah. Saat ia memasuki usia remaja, pertanyaannya semakin banyak dan kritis. Namun pendeta dan orang-orang seagama yang ditemuinya tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Ketia ia berusia 18 tahun, Jeffrey merasa logika mengenai Tuhan menemui jalan buntu. Karenanya ia kemudian memilih menjadi atheis menjelang kelulusannya dari sekolah Notre Dam Boys High. Dua puluh tahun berlalu sejak mimpi pertamanya bersimpun menghadap Tuhan. Jeffrey menjadi dosen di University of San Fransisco. Di Universitas itu, Jeffery bertemu dengan Ghassan, pemuda muslim yang menjadi mahasiswanya. Keduanya menjadi sering berdiskusi. Semula tentang pelajaran, kemudian Jeffrey juga mengenal keluarga mahasiswanya tersebut. Suatu hari, Jeffrey diberi hadiah sebuah mushaf Al Qur’an terjemah. Di situlah titik hidayah itu dimulai. Jeffrey akhirnya membaca Al Qur’an itu. Halaman demi halaman. Ia merasa tertantang.
“Sejak awal, buku ini menantang diriku,” kata Jeffrey mengenang saat-saat itu. Agaknya ia membaca ayat kedua surat Al Baqarah: “Inilah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Jeffrey terus membaca Al Qur’an. Ia merasa setiap kali ia membantah ayat-ayat yang dibacanya, ayat berikutnya menjadi jawaban atas bantahannya tersebut. “Seolah Penulis kitab itu membaca pikiranku,” kenangnya. Jeffrey mulai sadar bahwa kitab di depannya itu melampaui pikirannya. Ia sadar kitab di depannya itu telah mengisi kekosongan jiwa yang selama ini ia rasakan. Kitab itu bukan hanya menjawab pertanyaan-pertanyaannya tentang Tuhan dan alam semesta, tetapi juga membawa kedamaian bagi jiwanya. Hidayah mulai masuk ke dalam hatinya.
Dan hidayah itu semakin terang, tatkala ia melihat sebuah pemandangan di basement gereja Universitas. Sejumlah kecil mahasiswa muslim sedang beribadah. Karena kesulitan tempat, mereka menggunakan basement itu.
Jeffrey melihat mereka berbaris rapi. Berdiri bersama, menunduk bersama, lalu berdiri lagi, kemudian bersujud, dan duduk bersimpuh di atas tumit. Jeffrey ingat sesuatu. Terlebih setelah ia melihat di depan mereka ada seseorang yang memimpin mereka beribadah, memakai penutup kepala putih dengan motif berwarna merah. Rupanya itu Ghassan. “Ini mimpiku!” teriak Jeffrey dalam hati. Ya, pemandangan itu persis seperti mimpinya yang berulang beberapa kali beberapa tahun silam.

Kisah 10
Dua muslimah dan satu anaknya ini tengah makan siang di sebuah restoran di Jerman. Satu muslimah asal Indonesia, sedangkan yang lainnya adalah muslimah Turki yang menyertakan anaknya. Keduanya menikmati sajian roti di restauran itu sembari berdiskusi kecil tentang Islam dan aneka kisah kehidupan keduanya.
Berselang lama, datanglah dua orang laki-laki dewasa khas berandalan Eropa. Rambut awut-awutan, logat bahasa kasar dan sorot mata yang bengis. Kedua laki-laki itu, duduk di jarak lima meter dari tempat muslimah yang sedari tadi asik dengan makanan dan obrolan ringannya. Mulanya, kedua muslimah itu tak hiraukan kedua preman tersebut. Lagipula, keduanya memang tak miliki urusan apa pun. Namun, sebuah dialog antara kedua preman itu memancing emosi salah satu muslimah nan baik hati ini. Terdengar jelas, salah satu diantara mereka berkata, “Kau tahu mengapa bentuk roti di negeri kita mirip dengan lambang salah satu negara Islam itu?” Yang ditanya menggeleng, tanpa kalimat. Ia yang bertanya pun menjawabnya sendiri, menerangkan, “Karena kita membenci negara itu. Jadi, ketika kau melahapnya, bayangkanlah bahwa kau juga melahap negeri itu,” ungkapnya diiriingi tawa melecehkan. Merasa dihina, muslimah asal Indonesia langsung mengambil posisi berdiri, hendak membalas hinaan manusia tak berdab itu. Namun, oleh saudari muslimah asal Turki itu, ia dicegah. Dengan lembut, ia menerangkan, “Aku punya cara yang lebih baik untuk membalas hinaan itu.” Tak lama kemudian, kedua muslimah itu selesai makan. Ketika mendatangi kasir untuk membayar tagihan, muslimah Turki itu berkata kepada petugas yang melayaninya, “Tolong sekalian dihitung jumlah tagihan dua orang di sebelah sana,” pintanya sembari menunjuk ke arah dua preman itu.
Melihat keanehan ini, sobatnya asal Indonesia bertanya keheranan. Namun, ia yang ditanya hanya menjawab santai, “kelak, kau akan tahu tujuanku.” Keduanya pun berlalu setelah menitipkan secarik kertas kepada kasir untuk disampaikan kepada kedua preman yang ditraktirnya itu.
Setelah selesai dengan makan dan obrolannya, kedua preman itu pun beranjak menuju kasir. Sesampainya di sana, air mukanya nampak kebingungan sebab tagihannya sudah dilunasi oleh seeorang yang sama sekali tak dikenalnya.
Sebelum keduanya beranjak, kasir menyampaikan titipan kertas untuk mereka. Di dalam kertas itu tertulis nama, agama dan alamat email serta ucapan selamat makan.
Dengan terbelalak, timbullah rasa malu di wajah kedua preman itu. Pasalnya, baru saja mereka menghina negara Islam tempat muslimah baik hati itu berasal.
Berselang bulan, terdapatlah pesan di akun email sang muslimah. Tertulis di sana, “Terimakasih. Maafkan atas kelancanganku. Kini, karena hidayah Allah melalui kebaikanmu, aku telah menjadi muslim.”

Kisah 11
Usianya masih 21 tahun saat dia memutuskan untuk menjadi seorang mualaf. Usia yang relatif muda bagi seorang perempuan yang berani mengambil keputusan untuk pindah agama. Dia adalah Theresa Corbin. Seorang feminis yang berasal dari Baton Rouge, Louisiana.
Kepada CNN dalam sebuah artikel, Corbin menceritakan kisahnya saat memutuskan menjadi seorang mualaf dan perjalanan hidupnya sebagai seorang muslimah. Corbin menjadi Mualaf pada November 2001, atau dua bulan setelah tragedi runtuhnya Gedung World Trade Center pada 9 September 2001.
Menurut dia, saat itu adalah waktu yang buruk untuk menjadi seorang Muslim. Namun, setelah empat tahun mempelajari Islam, dia memutuskan untuk mengambil risiko. Corbin merupakan perempuan yang dilahirkan dari keluarga Katolik dan ateis.
Perjalanannya menuju Islam dimulai saat dia berusia sekitar 15 tahun. Saat itu, dia memiliki pertanyaan mengenai iman yang diyakininya. Dia mulai menanyakan mengenai hal tersebut kepada guru dan pendeta-pendeta, tetapi jawaban dari mereka tidak memuaskan Corbin.
Setelah bertanya tentang segala sesuatu yang telah dia pelajari untuk menjadi sebuah kebenaran, serta menggali melalui retorika, sejarah, dan dogma, Corbin menemukan sesuatu hal yang berbeda tentang Islam. Dia belajar bahwa Islam bukanlah budaya atau sekte yang sesat. Islam juga tidak dapat disebut mewakili satu bagian dari dunia, tetapi seluruh dunia.
"Saya menyadari Islam adalah agama dunia yang mengajarkan toleransi, keadilan, dan kehormatan serta memperkenalkan kesabaran, kerendahan hati, dan keseimbangan," ucap Corbin.
Ketika dia mempelajari tentang keimanan di Islam, dia sangat senang karena menemukan fakta bahwa Islam mengajarkan pemeluknya untuk menghormati semua nabi, termasuk dari Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad. Islam mengajarkan manusia untuk menyembah satu Tuhan dan bertingkah laku dengan tujuan menjadi manusia yang lebih baik.
Corbin sangat tertarik dengan Islam setelah mendengar seruan tentang kecerdasan dan sikap berbesar hati yang disabdakan oleh Nabi Muhammad. Seruan itu berbunyi, "Pengetahuan adalah wajib bagi setiap Muslim, baik laki-laki atau perempuan."
Dia terkejut tentang ilmu pengetahuan dan rasionalitas yang dimiliki oleh pemikir-pemikir Muslim, seperti Al-Khawarizmi yang menemukan aljabar, Ibnu Firnas yang mengembangkan mekanisme penerbangan sebelum Leonardo da Vinci, dan Abu al-Qasim al-Zahrawi, yang merupakan ayah dari operasi modern.
"Di sini (Islam), agamalah yang memberitahu saya untuk mencari jawaban dan menggunakan kecerdasan saya untuk mempertanyakan dunia di sekitar saya," 



Kisah 12
Michael Wolfe adalah seorang penulis sekaligus mualaf yang menceritakan banyak hal soal ibadah haji. Dia bisa memaparkan dengan rinci segala hal terkait penyelenggaraan ibadah haji.Salah satu bukunya bahkan menceritakan perjalanan pertamanya sebagai mualaf saat menjalankan ibadah haji.Penulis buku berjudul " One Thousand Roads to Mecca : Ten Centuries of Travelers Writing About the Muslim Pilgrimage" ini juga seorang produser, cendekiawan dan pembuat film dokumenter soal haji untuk jaringan televisi CNN.
Perkenalan pria yang lahir 3 April 1945 ini terhadap Islam bermula pada akhir tahun 70-an. Saat itu Wolfe sudah menjadi penulis yang ingin mencari pencerahan dalam hidupnya. Dia berusaha untuk melembutkan perasaan sinis dalam hatinya kala melihat kondisi lingkungan sekitarnya.Lahir dari dua keluarga beda agama, Yahudi dan Kristen, Wolfe merasa sedikit tertekan saat membicarakan masalah agama dan kebebasan. 
Hingga pada suatu hari dia menemukan kejadian yang membuatnya terkesan. Saat itu dia sedang terbang ke Brussels, Belgia.Setelah menghabiskan makan malam, Wolfe pergi ke kamar kecil. Di saat yang sama, sekelompok muslim tengah melaksanakan salat di kursi masing-masing.Ketika keluar dari kamar kecil, dia terkesima dengan peristiwa tersebut. Wolfe terus mengamati ibadah yang dilakukan orang-orang Islam di atas pesawat itu. Dia baru menyadari, di manapun dan kapanpun orang-orang Islam yang beriman selalu menjalankan ibadahnya.
" Mereka memegang buku sebesar telapak tangan, sambil terus melakukan gerakan tertentu. Setelah itu mereka meletakkan buku itu di dada mereka seolah itu buku yang suci," ungkap Wolfe.Kejadian itu membuat Wolfe ingin mengenal Islam lebih dalam. Selama ini, Wolfe memang mencari agama yang tidak hanya bersifat ritual atau pemujaan.
Agama yang tidak hanya untuk menyenangkan pemuka-pemukanya saja dan tidak ada pemisahan antara dunia dan alam akhirat. Wolfe ingin agama yang tidak ada keraguan di dalamnya.Wolfe kemudian memutuskan pergi ke Afrika Utara, tepatnya ke Maroko. Dia memilih negara ini karena muslimnya taat dan kondisinya lebih stabil.
Wolfe sudah dua kali ke Maroko, yakni tahun 1981 dan 1985. Dia merasa di Benua Afrika lah dia menemukan keseimbangan dalam hidup melalui Islam.Di Maroko dia bergaul dengan banyak suku, etnis dan agama, termasuk dengan golongan keturunan Arab dan Afrika yang beragama Islam. Di sinilah Wolfe berinteraksi secara mendalam dengan muslim.
Menurut Wolfe, orang-orang Islam di sana menyambutnya dengan hangat. Mereka sopan, penuh toleransi dan suasana yang diciptakan terasa akrab.Wolfe menghabiskan waktu tiga tahun di sana. Semakin dalam Wolfe mempelajari Islam semakin dia menemukan apa yang selama ini dicarinya. Hatinya mulai takjub dan terkesima dengan Islam. Michael Wolfe akhirnya memutuskan menjadi muslim.Sebagai penulis dan pembuat film, Wolfe berdakwah melalui buku-buku dan film dokumenter yang dibuatnya.
Namun keputusan Wolfe disayangkan para koleganya yang terdiri dari kalangan intelektual Barat. Menurut mereka, Wolfe salah memilih Islam yang selalu dikaitkan dengan kekerasan dan masyarakat terbelakang.
Namun pria yang kemudian berganti nama menjadi Michael Abdul Majeed Wolfe ini tidak goyah. Dia bahkan memprediksi Islam akan menjadi agama mayoritas di Eropa Barat dalam kurun waktu 30 tahun ke depan.


Kisah 13
Daniel Streich merupakan anggota Partai Rakyat Swiss yang dikenal taat akan ajaran agamanya, yakni Kristen. Daniel memang lahir dan tumbuh dari keluarga Kristiani. Sejak kecil ia bercita-cita menjadi pastor dan kebenciannya terhadap Islam.

Beranjak dewasa, semangat menyingkirkan Islam semakin menjadi-jadi. Bahkan ia sampai rela mempelajari Al Qur’an untuk memusnahkan agama Islam dari negaranya.

Namun semakin lama ia mempelajari Al Qur’an, semakin larut pula ia tenggelam dalam keindahan Islam. Daniel merasa ada perbedaan dari sebelum mempelajari Islam dan setelahnya. Beberapa bulan kemudian ia justru memutuskan menjadi mualaf.

“Banyak perbedaan yang sata dapatkan ketika mempelajari Islam. Agama ini memberikan jawaban login dari pertanyaan yang tidak bisa saya temukan dari agama sebelumnya,” kata Daniel Streich.

  

Kisah 14
Gisella Yurike merupakan seorang pegawai swasta di Jakarta yang tinggal di tempat kos. Sebelum memeluk Islam, Gisella merupakan seorang Katholik yang jarang menjalankan kewajibannya. Ia mengaku saat itu seperti orang yang sedang terombang-ambing di lautan tanpa adanya pegangan yang kuat.

Sampai suatu hari dirinya melihat teman satu kosnya sedang menunaikan ibadah sholat. Saat itu juga perempuan berusia 24 tahun ini berpikir sejenak tentang sisi religinya.

“Saya berpikir, umat muslim saja untuk bertemu dengan Tuhan-Nya harus dalam keadaan suci, bahkan wanita haid dilarang memegang Al Qur’an. Dari situlah titik balik saya,” terang Gisella dikutip dari merdeka.com.

Setelah memikirkan matang-matang, Gisella memutuskan untuk masuk Islam tanpa sepengetahuan orang tuanya. Ia terus menyembunyikan agama barunya tersebut selama 10 bulan lamanya. Barulah setelah mendapat petunjukan dari Allah, Gisella berterus terang kepada kedua orang tuanya tentang statusnya sebagai mualaf.



Kisah 15
Kisah menarik lainnya dialami wanita Tionghoa yang berada di Malaysia. Lim Cia Cia merupakan mahasiswa jurusan kedokteran Universitas Pertahanan Nasional Malaysia. Sebelumnya ia bukanlah wanita muslim namun ikut berpuasa karena masyarakat disekitarnya sedang menjalankan perintah agama Islam tersebut.

Sampai akhirnya Lim memutuskan untuk menjadi seorang mualaf. Keputusan ini didukung penuh oleh ibunya. Bahkan sang ibu selalu membangunkan anaknya sahur dan menyiapkan makanan meski ia sendiri bukan muslim dan tidak berpuasa.

“Ibu mendukung keputusan saya dan pengertian. Dia bahkan selalu membangunkan sahur dan menyiapkan makanan,” ungkap Lim dikutip dari News Straits Times.



Kisah 16
Banyak cerita unik tentang orang yang mendapat hidayah Tuhan untuk masuk Islam. Salah seperti yang dialami Sven Mann, warga Jerman yang menganut Islam setelah dirinya mendengar seorang bocah membaca Alquran.

Setelah menjadi mualaf, Sven kemudian mengganti namanya menjadi Sayed. Sven yang sebelumnya tidak memiliki agama, menjadi muslim setelah dia tinggal lama di lingkungan yang didominasi imigran beragama Islam.

Sayed mulai memeluk Islam tatkala dirinya mendengar seorang bocah laki-laki membaca Alquran. Meski dirinya tidak mengerti apa yang dibaca sang bocah maupun artinya, saat itu Sayed mengaku hatinya tenang saat mendengar lantunan kitab suci umat Islam tersebut.

"Pertama kali saat saya datang ke masjid, saya mendengar anak kecil membaca Alquran. saat itu saya tidak mengerti bahasa arab, saya tidak mengerti apa yang dia baca, tidak ada. tapi hati saya sepenuhnya mengerti," ujar Sayed.

Sayed yang juga seorang anggota gangster mengaku menangis saat bocah tersebut melantunkan Alquran. Dia dan temannya pun tidak tahu kenapa dirinya menangis.

"Itu pengalaman yang menakjubkan, saya dan anggota gangster lainnya mendadak menangis dan tidak tahu kenapa," ujarnya.




Kisah 17
Jon Dean menjadi seorang muslim setelah mempelajari kehidupan muslim di Arab Saudi, di mana dia bekerja sebagai seorang ahli di industri kesehatan dan nutrisi.Perjalanan Dean menjadi mualaf diawali saat dia pindah ke Riyadh, Arab Saudi untuk bekerja sekitar 2008-2009. Dean tidak tahu apa-apa tentang Islam sebelumnya, terlepas dari faktabahwa ia telah melihat berita-berita miring tentang Islam di TV.Dia melihat bahwa Arab Saudi dan negara-negara Timur Tengah tercabik-cabik oleh perang. Orang di sana suka meledakkan diri mereka di sana-sini. Sehingga dia beranggapan bahwa Islam sangat kaku. Sedikit saja keluar dari jalur maka akan berada dalam penjara, dicambuk bahkan tangan dipotong.Jadi hal pertama yang Dean lakukan adalah memahami Islam secara benar untuk memastikan dia tidak berakhir di penjara. Dia mulai membaca sedikit tentang Islam.
Saat menginjakkan kakinya di Arab Saudi, Dean melihat pakaian perempuannya benar-benar tertutup. Sementara semua laki-laki mengenakan pakaian tradisional mereka. Dean mendapatkan Saudi bukan negara yang murah senyum. Orang-orang tidak banyak tersenyum saat berpapasan di jalan.Namun Dean memperhatikan satu hal, semakin banyak dia berbicara kepada mereka, semakin ramah mereka. Dean pun berpikir, sebelum datang ke sini, dia sempat mengira orang-orang ini sangat kaku, tapi ternyata itu tidak terbukti.Dean juga tidak perlu khawatir berjalan sendirian pada malam hari meski melewati segerombolan anak muda yang sedang nongkrong di depan mal. Dan yang paling mengherankan Dean, di sini tidak ada kekerasan atau peperangan yang sering didengarnya di berita-berita.Hal itu menuntun Dean ke dalam satu kesimpulan, mungkin agama mereka tidak mengajarkan kekerasan. Dia berpikir apa yang sudah dilihatnya ini ternyata tidak seperti yang digambarkan di TV di negaranya selama ini.Untuk meyakinkan apa yang dialami itu, Dean mulai banyak bertanya tentang agama orang-orang tersebut, yakni Islam kepada rekannya. Setiap kali bertanya 'bagaimana bisa Anda menjalani hidup seperti tidak boleh melakukan ini dan itu?', teman Dean selalu menjawab dengan jawaban yang sama. Mereka selalu memulai dengan berbicara tentang keteladanan Nabi Muhammad.Dean pun berpikir, 'wow, orang ini pasti hebat'. Jadi, dia mulai membaca lebih banyak tentang Nabi Muhammad dan Islam. Dean akhirnya mendapat banyak informasi yang benar Islam. Sebagai seorang peneliti, Dean sangat tertarik mempelajari Alquran dan hadis. Dia sangat terkejut karena mendapatkan banyak bukti ilmiah yang secara gamblang diungkapkan dalam kitab suci agama Islam tersebut.Dean mendapati Alquran begitu sederhana bahasanya sehingga mudah dipahami. Ayat-ayatnya sangat mudah untuk diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Ini sangat mengejutkannya. Sangat bertolak belakang dengan asumsinya bahwa Alquran sangat kaku dalam mengatur kehidupan umat muslim. Dean mendapat penjelasan dari seorang rekannya yang lain bahwa agama Islam juga berfungsi seperti panduan hidup.
Yang paling menyenangkan dalam Islam, menurut Dean, adalah perintah agama tersebut untuk membuktikan semua ayat-ayat Alquran jika mampu. Agama Islam juga menyarankan untuk terus belajar kepada pemeluknya.Dean bersyukur bisa bertemu orang-orang yang mampu membuka matanya bahwa yang dipercayainya selama ini tentang Islam ternyata salah. Dan ketika dia mulai mempelajarinya, agama tersebut ternyata mudah dipahami dan masuk akal.
Setelah menyadari hal tersebut, Dean mengungkapkan keinginannya untuk menjadi mualaf. Ditemani dua rekannya, Dean mengucapkan dua kalimat syahadat.



Kisah 18
Clare adalah seorang mualaf dari Reading, Inggris. Ia mempelajari Islam selama 3 tahun dan memutuskan untuk menjadi mualaf pada 2002 saat usianya masih 19 tahun.Semasa kanak-kanak, Clare sudah mengenal muslim melalui teman-temannya. Saat itu, ia sering diundang untuk buka puasa.Namun saat menginjak remaja, Clare mulai mempertanyakan tentang Islam. Seperti mengapa ibu temannya memakai kerudung atau mengapa harus puasa dan tidak minum alkohol.Selama ini Clare tidak memakan mentah-mentah penjelasan mereka karena selalu dihubungkan dengan keyakinan.
Namun salah satu pecakapan yang menyentuh Clare adalah saat teman-temannya menjelaskan Tuhan hanya satu yaitu Allah. Clare semakin terperangah saat mendengar bahwa Islam juga percaya nabi-nabi seperti Adam, Nuh, Musa, Yusuf, Ibrahim dan lainnya.Clare memutuskan untuk menemukan sumber untuk mencari tahu keyakinan yang asing baginya itu. Dia kemudian meminjam Alquran terjemahan Bahasa Inggris dan selama liburan musim panas, dia membacanya.Clare benar-benar terkejut karena dalam beberapa hal ada kemiripan dengan keyakinannya. Clare tidak berpikir untuk berubah keyakinan atau agama. Dia hanya tertarik mengapa teman-teman muslimnya mengikuti agama ini dan memegangnya dengan teguh.Beberapa waktu kemudian, Ramadan telah datang dan dia bertekad akan puasa satu hari. Clare merasakan puasa satu hari ternyata sulit.
Tapi berkat dorongan teman-temannya, Clare berpuasa satu minggu. Puasa adalah pengalaman yang aneh bagi Clare karena di saat memiliki kemampuan dan sarana untuk makan atau minum, muslim justru tidak melakukannya.Tapi Clare melihat sisi positif dari puasa yang disebutnya seperti menetapkan target dan kemudian mencapainya. Dia berpikir itu seperti aktivitas pengembangan pribadi.Clare pun menghormati dan memahami Islam, dan dia juga mulai mempercayainya. Tidak hanya dari segi keimanan saja, Clare juga belajar Islam dari sisi politik, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Meski tidak berat seperti mata kuliah di universitas, hal itu memperdalam pengetahuan Clare tentang Islam.Saat liburan, Clare menjadi sedih ketika terjadi serangan teroris 11 September di menara kembar WTC di New York. Dia terkejut saat berita-berita menyebutkan pelaku serangan adalah teroris yang mengatasnamakan Islam.
Clare bahkan sempat berdebat dengan kakaknya bahwa pelaku bukan muslim. Karena Clare pernah membaca dalam Alquran bahwa membunuh satu kehidupan seolah-olah telah membunuh semua umat manusia dan sebaliknya.Dia merasa benar-benar terluka tentang berita-berita yang dikabarkan. Dia pergi ke kamar dan berlutut seraya berkata dalam bahasa Arab 'Saya percaya hanya ada satu Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan terakhir-Nya'. Clare percaya Islam tapi dia belum tahu dan yakin dia bisa menjalankan gaya hidup muslim.
Namun Clare mulai berhenti mengkonsumi alkohol dan daging babi. Namun dia masih ragu untuk mengenakan hijab.Saat memberi tahu keluarganya bahwa dia kini mengadopsi gaya hidup muslim, keluarganya tidak bisa menerimanya. Namun itu tidak terlalu lama dan tidak menjadi hal yang dibesar-besarkan.
Setelah mantap bahwa keluarganya mulai bisa menerimanya, Clare memutuskan pergi ke masjid di kotanya untuk benar-benar menjadi seorang muslim.
Dia akhirnya mengucapkan kalimat syahadat yang sudah dilakukannya 10 bulan sebelumnya. Sejak mengucapkan syahadat di masjid itu, Clare memutuskan untuk memakai hijab.
Sejak saat itu, Clare terus-menerus belajar hal-hal baru. Dia juga bersyukur telah diberkati bantuan teman-teman dan sekarang dukungan dari keluarganya. Clare telah berkembang dan tumbuh sebagai seorang muslim yang sebenarnya


Kisah 19
Ihwal ketertarikan saya pada agama Islam berawal dari rasa kekecewaan kepada ajaran-ajaran Kristen dan isi Alkitab yang hanya berisikan slogan-slogan. Bahkan, menurut saya, apabila para pendetamenyampaikan khotbah diatas mimbar, mereka lebih terkesan seperti seorang penjual obat murahan. Ibarat kata pepatah, tong kosong nyaring bunyinya.
Sekalipun saya sudah menekuni pasal demi pasal, ayat demi ayat dalam Alkitab, tetapi tetap saja saya sulit memahami maksud yang terkandung mengenai isi Alkitab. Misalnya, tertulis pada Markus 15:34, Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Lalu, siapakah Yesus Kristus sesungguhnya? Bukankah ia adalah paribadi (zat) Allah SWT yang menjelma sebagai manusia? Lalu, mengapa ia (Yesus) berseru dengan suara nyaring dan mengatakan, Eli, Eli,..lama sabakhtani? (Tuhanku,..Tuhanku,.. mengapa Engkau tinggalkan aku?)
Akhirnya saya yakin bahwa Yesus Kristus bukanlah Tuhan. Walaupun sebelumnya iman kepada Yesus Kristus sangat berarti dalam kehidupan saya. Apalagi, ketika itu didukung dengan ayat-ayat dalam Alkitab, seperti tertulis,Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia (Yesus Kristus). Sebab dibawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita diselamatkan. Kisah Para Rasul 4:12
Kemudian dilanjutkan lagi dengan Yohanes 14:6, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapak, kalau tidak melalui Aku (Yesus).
Setelah membaca ayat ini, kemudian saya mencoba membanding-bandingkan dengan satu ayat yang tertulis dalam QS. 3:19, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) pada sisi Allah SWT ialah Islam.”
Entah mengapa, saya merasakan pikiran saya berubah, mungkin ini suatu keajaiban yang luar biasa terjadi dalam diri saya, karena selesai membaca ayat al-Quran tersebut, saya mulai merasa yakin bahwa ayat yang tertulis dalam QS. 3:19 itu bukanlah ayat rekayasa dari Nabi Muhammad, tetapi ayat tersebut sesungguhnya adalah firman Allah SWT yang hidup dan kehadiran agama Islam langsung mendapat ridha dari Allah SWT SWT.
Betapa sulitnya seorang Kristen seperti saya bisa memeluk agama Islam, tetapi saya yakin dengan keputusan untuk masuk agama Islam, karena saya berkesimpulan apabila seorang beragama Kristen kemudian memilih agama Islam, selain karena mendapat hidayah, ia juga termasuk umat pilihan Allah SWT SWT. Alhamdulillah, singkat cerita pada tanggal 22 Desember 1973, disebuah pulau terpencil bernama Pulau Moti di wilayah Makian, Maluku Utara dengan disaksikan warga muslim setempat, saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat. Tanpa terasa air mata kemenangan berlinang, sehingga suasana menjadi hening sejenak, keharuan amat terasa saat peristiwa bersejarah dalam hidup saya itu berlangsung. Usai mengucap dua kalimat syahadat, nama saya segera saya ganti menjadi Chadidjah Mitaart Zachawerus.
Keputusan saya untuk memilih Islam harus saya bayar dengan terusirnya saya dari lingkungan rumah, pengusiran ini tidak menggoyahkan iman dan Islam saya, karena saya yakin akan kasih sayang Allah SWT, senantiasa tetap memelihara saya dalam lindungan-Nya.
”Jika Allah SWT menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu. Jika Allah SWT tidak menolong kamu, maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu selain dari Allah SWT sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah SWT saja orang-orang mukmin berserah diri”. QS. 3:160
Alhamdulillah, pada bulan Juni 1996, saya bersama suami, Sulaiman Zachawerus, menunaikan rukun Islam kelima, pergi haji ke Baitullah.


Kisah 20
Orang tua yang mempunyai rambut putih ini selama hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia serta bikin film dokumenter mengenai keindahan alam dasar laut untuk dilihat oleh semua dunia.

Pada sebuah hari saat tengah lakukan eksplorasi dibawah laut, mendadak Captain Jacques Yves Costeau menjumpai beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang amat enak terasa lantaran tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekitarnya, seakan-akan ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu bikin bingung Mr. Costeau serta mendorongnya untuk mencari tahu penyebabnya terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai memikirkan, bebrapa janganlah itu cuma halusinansi atau khalayan pada saat menyelam. Saat juga selalu berlalu sesudah peristiwa itu, tetapi ia tidak kunjung mendapat jawaban yang memuaskan mengenai fenomena ganjil itu.

Hingga pada sebuah hari ia berjumpa dengan seseorang profesor muslim, lantas ia juga bercerita fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran mengenai berjumpanya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang kerap diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laayabghiyaa. ” Artinya : “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya lantas berjumpa, pada keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. ” Lantas dibacakan surat Al Furqan ayat 53 diatas.

Tidak hanya itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat mengenai berjumpanya dua lautan namun tidak bercampur airnya disimpulkan sebagai tempat muara sungai, dimana terjadi pertemuan pada air tawar dari sungai serta air asin dari laut. Tetapi tafsir itu tidak menerangkan ayat selanjutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” Artinya “Dari keduanya keluar mutiara serta marjan. ” Walau sebenarnya di muara sungai tidak diketemukan mutiara.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya lihat keajaiban panorama yang pernah diliatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini tidak mungkin disusun oleh Muhammad yang hidup di era ke tujuh, sebuah jaman ketika belum ada perlengkapan selam yang mutakhir untuk meraih tempat yang jauh terpencil di kedalaman samudera.

Betul-betul sebuah mukjizat, berita mengenai fenomena ganjil 14 era yang silam pada akhirnya dapat dibuktikan pada era 20. Mr. Costeau juga berkata kalau Al Qur’an memanglah sebenarnya kitab suci yang diisi firman Allah, yang semua kandungannya mutlak benar. Dengan saat itu juga dia juga memeluk Islam.

Subhanallah… Mr. Costeau memperoleh hidayah lewat fenomena tehnologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim. Rasulullah s. a. w. bersabda :

“Sesungguhnya hati manusia bakal berkarat seperti besi yang dikaratkan oleh air. ” Apabila seseorang ajukan pertanyaan, “Apakah langkahnya untuk jadikan hati-hati ini bersih kembali? ” Rasulullah s. a. w. bersabda, “Selalulah ingat mati serta membaca Al Quran.”

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Makalah Apem-Apem Kesesi

Makalah Haul

makalah sumpah pemuda